Bicara Industri Kreatif Indonesia di KLIBF 2018

Kabar Bintang +2272 Views

Kuala Lumpur, 29/4/2018 – Acara Kuala Lumpur International Book Fair 2018 (KLIBF) yang berlangsung di Putra World Trade Center (PWTC) semakin ramai dikunjungi oleh penikmat buku. Kunjungan dari sekolah, universitas, dan umum terus berdatangan di hari Minggu ini.

Pengunjung Pesta Buku pun menikmati hiburan di Paviliun Indonesia oleh tari-tarian Bajidor Kahot yang dibawakan oleh Sanggar Khatulistiwa yang dibawakan oleh mahasiswi International Islamic University Malaysia, Gombak.

Di hari ketiga ini Indonesia akan menghadirkan bincang-bincang Industri Kreatif Indonesia dan Peluang Pengembangan Intelektual Properti dengan pembicara Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Joseph Pesik, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Rosidayati Rozalina dan Visual Entertainer Faza Meonk.

KLIBF berlangsung sejak tanggal 27 April sampai 6 Mei 2018 di PWTC. Tahun ini Indonesia hadir sebagai negara tamu bersama dengan Arab Saudi dan Kedah. Kehadiran ini didukung sepenuhnya oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Di KLIBF juga akan diselenggarakan Kuala Lumpur Trade and Copyright Center (KLTCC), Konferensi Penulis dan Malaysia’s Digital Lifestyle Exhibition.

Industri Kreatif Indonesia dan Peluang Pengembangan Intelektual Properti

Membicarakan industri kreatif di Indonesia, penerbitan menjadi sub-sektor yang mewakili sub-sektor industri kreatif lainnya, semua sub-sektor perlu buku. “Dari 250 juta jumlah penduduk Indonesia ada 300 juta unit-unit influence usaha kreatif, lebih besar dari population itu menggambarkan bagaimana Indonesia ke depan di industri kreatif itu.” ujar Ricky Pesik selaku Wakil Kepala Bekraf di Panggung Utama KLIBF. Indonesia memiliki 17.000 lebih pulau, 700 lebih bahasa, 1000 lebih etnis budaya dimana semuanya merupakan sumber konten untuk industri kreatif ke depan.

Presiden Joko Widodo mengatakan “Bahwa nantinya Industri kreatif harus jadi tulang punggung Indonesia.” Itu merupakan visi yang dibangun oleh Presiden Indonesia di tahun 2015 yang kemudian berkembang menjadi visi-misi yang dilakukan oleh Bekraf.

Dari segi statistik, walaupun banyak debat yang mengatakan bahwa industri penerbitan turun karena digitalisasi tapi penerbitan adalah industri yang bergerak bukan hanya di penjualan fisik buku. Industri kreatif sendiri memberikan kontribusi yang masih cukup dominan. “Penerbitan memberikan kontribusi sekitar 6 persen dari capital industri itu sendiri” ujar Ricky Pesik. Menurutnya, Industri buku di Indonesia masih bisa terus berkembang karena masih banyak memiliki ruang, peluang, dan kesempatan memajukan daerah-daerah lain di luar di Indonesia yang sedang bertumbuh sehingga bisa memberikan peluang bagi penerbitan di Indonesia.

Indonesia perlu tampil lebih maju di panggung dunia. Karenanya, penting untuk mempromosikan karya-karya literatur Indonesia secara konsisten. Untuk itu pemerintah terus mendukung adanya kesempatan-kesempatan tampil di pameran buku internasional. Hubungan bisnis ini tercipta melalui penjualan hak cipta terjemahan (copy right) atau pembelian fisik melalui penerbit, distributor atau toko buku yang ada di Malayasia. KLIBF menjadi salah satu pameran yang penting bagi konten Indonesia. Gaung internasional pun semakin besar setelah Indonesia menjadi Guest of Honour ketika di Frankfurt Book Fair 2015 yang lalu.

“Dari sinilah pengembangan Intellectual Property (IP). Kita baru tahu bahwa kita memiliki potensi yang luar biasa. Kami pun mencatat sudah lebih dari 1000 judul buku Indonesia telah dibeli copyrightnya oleh penerbit asing” ungkap Rosidayati Rozalina yang mewakili penerbit-penerbit Indonesia di KLIBF 2018.

Di dunia kreatif khususnya komik, tahun 90-an industri komik di Indonesia mati suri. Lalu sejak tahun 2010-an komik Indonesia semakin meningkat. Dimulai dari tahun 2011 judul seri buku “Si Juki” sudah terbit hingga 20 judul. “Komik bisa menjadi hulu industri kreatif, pengembangan potensi Intelectual Property (IP) semakin besar seperti animasi, video, games, film hingga merchandise,” ungkap Faza Meonk yang juga sekaligus content creator. Faza yang diundang panitia untuk hadir di KLIBF 2018 ini berkeinginan mengembangkan karakter “Si Juki” bersama Penerbit Malaysia, berkolaborasi dengan komikus Malaysia sehingga dapat melahirkan buku-buku baru hasil kerjasama antara kedua negara tersebut.

Malaysia menempati urutan kedua untuk peminat “Si Juki” setelah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kesamaan budaya yang memungkinkan Si Juki laku di pasar Malaysia. Si Juki the Movie yang sudah dimainkan di bioskop di Indonesia pada Desember 2017 lalu berhasil menarik 700.000 penonton. Ini merupakan bukti keberhasilan film animasi yang mencatat jumlah penonton terbanyak dan jumlah buku yang sudah terjual lebih dari 40.000 eksemplar.

 

 

 

 

Sumber : www.bekraf.go.id