Orang beriman meyakini bahwa Allah menyertai mereka. Allah penuh dengan kedaulatan dan kasih. Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengerti tentang Dia.
“Rencana Tuhan sempurna. Saya banyak merasakan bahwa apa yang saya miliki semua tergantung dari faktor lucky; faktor Tuhan. Tuhan berjalan di depan saya. Menuntun dan membimbing saya,” ujar Emmanuel Alvino dalam perbincangan dengan bintangplus.com, saat dijumpai di kediamannya yang asri, di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (12/06/2019).
Tanggung jawab kita, kata Alvino, adalah menjalankan pekerjaan baik apa yang sudah Tuhan bentangkan di muka bumi. Sukses yang diraih diakuinya tak semata kerja keras, melainkan ada kekuatan doa.
“Ada jalan yang membawa kita berhubungan dengan banyak orang seperti Tuhan inginkan. Dan jalan itu terhubung lewat kekuatan doa. Hanya ada arah dalam segala keadaan untuk membentuk dan memperkaya hidup kita, yaitu doa,” ujar pengusaha muda kelahiran Jakarta, 1 Juli 1981ini.
Siapa menduga jika pada awalnya, pengusaha sukses penggemar otomotif ini hidupnya serba kekurangan. Sejak kecil terbiasa hidup mandiri, tanpa sosok orangtua. Hidup diasuh kakek, dan menyandarkan nasibnya pada saudara. Sejak usia lima tahun menghadapi ibunya mengalami depresi. Pada saat Alvino berusia 18 tahun bisnis ayahnya runtuh. Ketika ayahnya meninggal aset keluarga habis disita bank. Alvino hanya diwarisi hutang.
“Saya mulai dari nol. Lima tahun pertama setelah menikah hidup saya sulit. Cukup struggle (penuh perjuangan). Memasuki tahun ke-enam, ada perusahaan yang menitipkan kepada saya untuk menjualkan aset dan propertinya. Dari sini kami mendapat revenue (profit; keuntungan) kemudian bangkit,” ujar suami dari Tania Maisara, yang kini dikaruniai seorang putra bernama Zeo Clarion Lytroo ini.
Di bawah pemeliharaan-Nya, Alvino meyakini, Allah merangkai setiap peristiwa dalam hidup. Termasuk penderitaan dan pencobaan yang diakuinya membawa kebaikan, karena ia dihadapi dengan ikhlas dan sabar.
“Pada saat hidup saya susah, bayar kos enggak bisa, makan susah, untuk makan besok enggak tahu gimana, mentor saya mengajarkan agar tidak usah memikirkan, besok atau berapa hari ke depan. Karena kalau kita mikirin hari demi hari, seminggu, sebulan, sampai satu tahun ke depan kita pasti stres. Maka ‘kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari’,” ujarnya memberi tips bagaimana menghadapi cabaran hidup.
Sisi lain kunci sukses Alvino, adalah jiwanya yang altruis (gemar menolong). Dan ini menjadi prinsipnya meraih sukses. “Berikanlah apa yang menjadi hak Tuhan, dan apa yang menjadi hak fakir miskin. Itu penting. Kalau dalam kepercayaan saya, hak Tuhan ada 10% dari penghasilan kotor saya. Umat muslim 2.5%. Inilah yang saya dan istri lakukan. Walau antara saya dan istri beda keyakinan. Tapi kami tidak pernah menahan apa yang sudah dianjurkan oleh agama masing-masing,” ujar alumni London School of Public Relation Jakarta ini.
Soal toleransi beragama belajarlah pada Emmanuel Alvino dan Tania Maisara — pasangan suami-istri yang menikah sepuluh tahun lalu; 30 November 2009 ini. Tak soal walau keduanya berbeda keyakinan; Kristen dan Islam, namun bagi Alvino dan Tania, agama adalah ikatan, doktrin bagi manusia untuk kedamaian hidup.
“Setiap agama secara intrinsik membawa misi damai dan harmoni. Etika universal. Lebih mengedepankan empati sosial. Hal ini kami mulai dari keluarga. Sikap toleransi, penghargaan, dan penghormatan terhadap agama lain justru hal yang paling kami kedepankan,” ujar Tania Maisara, melengkapi ujaran suaminya.
Sukses Emmanuel Alvino dapat menjadi kisah inspiratif. Untuk standar hidup keluarga muda Indonesia, asetnya lebih dari cukup. Tinggal di rumah mewah dengan tiga asisten rumah tangga, satu driver (supir pribadi) dan satu petugas keamanan (security) pribadi, dengan berbagai fasilitasnya.
Asetnya yang paling menyolok adalah kegemarannya mengoleksi berbagai jenis otomotif. Beberapa kendaraan hobi koleksi pengusaha yang terdaftar sebagai anggota DDOCI (Ducati Desmo Owner Club Indonesia) ini, antara lain; mobil BMW 730Li, BMW X1, Mazda 2, Porche Cayman 718, dan Vellfire type G, serta kolekasi sepeda motor besar; BMW R Nine T719 Speziale, Ducati Xdiavel Base, dan Yamaha Xmax 250. Semua kendaraan ini menghampar di halaman rumah. Keinginan Alvino yang belum terwujudkan adalah memiliki; Ferrari 458 Speciale dan Harley Davidson Fat Boy.
“Dulu ketika masih susah motivasinya bagaimana dapat bertahan hidup. Impian simple hidup sendiri. Bisa makan sehari tiga kali, tinggal di rumah kecil sederhana, terus punya anjing peliharaan yang saya suka. Tapi ternyata Tuhan memberi lebih dari apa yang saya impikan. Dan pada akhirnya saya bersyukur menemukan pasangan hidup yang mendukung hobi saya,” ujar mantan manajer usaha kebugaran (fitness) yang kini menjadi pialang (broker) perantara jual-beli properti ini./*** Eddie Karsito
Jakarta, 14 Juni 2019