Bintang sinetron, aktor film, dan penyanyi dangdut, Rizal Djibran, menyayangkan tindakan oknum petugas pintu masuk Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang menahan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dirinya.
Hal ini sempat dikeluhkan ke awak media. “Mereka seperti belum terlatih bagaimana bersikap, bertindak, mengelola emosi, berkomunikasi, dan melayani masyarakat secara profesional,” ujar Rizal Djibran, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/04/2021).
Bahkan hingga berita ini diturunkan, kata Rizal Djibran, kartu identitas kependudukan miliknya itu belum dikembalikan.
Peristiwa tersebut, terang aktor laga sinetron ‘Misteri Gunung Berapi,’ dan ‘Angling Dharma’ ini, bermula ketika dirinya diminta membantu menjadi host acara talkshow di Anjungan Provinsi Riau Taman Mini Indonesia (TMII), Minggu (11/04/2021) lalu.
Pihak panitia, kata Rizal menyampaikan, untuk urusan pintu masuk tinggal dijelaskan bahwa yang bersangkutan adalah bintang tamu di sebuah acara yang diselenggarakan pengelola Anjungan Provinsi Riau ini. Namun penjelasannya tidak digubris.
“Biaya tiket masuk tidak seberapa. Tapi karena panitia dari Anjungan Riau sudah menyampaikan bebas biaya masuk TMII, maka saya tidak mau bayar. Sebagai host pun saya tidak komersil karena motifnya membantu kegiatan budaya,” papar Rizal.
Rizal kembali menyayangkan. Para petugas pintu masuk TMII tersebut harusnya menyadari, sebagai duta budaya yang bertugas di garda depan. Mereka bukan robot yang bekerja secara mekanik.
“Harusnya mereka sadar sebagai ujung tombak destinasi pariwisata berbasis budaya. Bagaimana melayani pengunjung dengan santun, tidak kaku. Masak urusan simple saja harus menahan KTP. Saya bukan teroris atau sosok yang harus dicurigai dan diwaspadai. Saya ini seniman yang juga peduli budaya,” ujar aktor yang pernah memerankan tokoh Imam Bonjol dalam film kolosal ‘Tuanku Imam Bonjol’ ini.
Rizal Djibran mengkritik, petugas pintu masuk TMII sebaiknya tidak kalah santun dengan petugas kebun binatang Ragunan sekalipun. Sebab TMII mengurus destinasi wisata manusia.
“Pelajaran terpenting dari kasus ini, bahwa masyarakat semakin sadar untuk mendapatkan hak pelayanan publik yang baik. TMII kalau mau maju harus mau dikritik,” tegas Rizal, yang mengaku hingga kini KTP miliknya belum dikembalikan.
Tak Peduli Tamu Anjungan
Ketika hal ini dikonfirmasi ke Kepala Anjungan Riau TMII, Dr. H. Zulfikar M.Si, M.Hum, beliau menyesalkan dan menyayangkan.
“Kami menyayangkan sikap pelayanan pintu masuk TMII yang kurang tepat kepada tamu Anjungan. Apabila masuk tanpa dokumen, seperti undangan tertentu mereka diminta bayar. Jika tidak diminta KTP walau mereka sudah menjelaskan tamu anjungan,” papar H. Zulfikar.
Pihak pengelola pintu masuk TMII, ujar H. Zulfikar, seperti mengabaikan eksistensi dan kontribusi anjungan sebagai pihak yang sangat berperan atas tumbuh kembangnya destinasi wisata budaya ini.
“Masalah itu sebenarnya kami sudah langsung berkoordinasi dengan pihak pengelola pintu masuk TMII. Tapi keberadaan kami sebagai Kepala Anjungan mereka abaikan. Seakan anjungan hanya menumpang di kawasan mereka,” ujar H. Zulfikar.
Sistem koordinasi antar bagian dan antara lembaga, menurut H. Zulfikar, menjadi kendala di tubuh manajemen kelola TMII. Pengelola pintu masuk TMII tidak ada aturan menyeleksi tamu dan acara orang.
“Harusnya jika ada masalah dengan pengunjung atau tamu anjungan mereka juga mau berkoordinasi dan komunikasi secara internal dengan pihak kami selaku pengelola anjungan. Mereka juga harus memperlakukan anjungan sebagai pihak yang punya peran,” ujarnya.
Dukungan Wartawan Kurang Dihargai
Beberapa wartawan juga sempat mengalami hal serupa. Mengeluhkan sikap petugas pintu masuk TMII yang kurang menghargai profesi jurnalis. “Walau sudah dijelaskan sebagai wartawan dan menunjukkan kartu identitas wartawan, tetap diminta bayar biaya masuk kendaraan,” ujar Amazon Dalimunthe, wartawan senior industry.co.id.
Pengelola pintu masuk TMII, kata Amazon, kurang menyadari bahwa kerja wartawan adalah bagian dari dukungan ikut membantu mempromosikan dan menginformasikan berbagai kegiatan di TMII.
“Kami tidak dapat apa-apa dari kegiatan jurnalistik di TMII. Justru kami ikut bantu promosikan acara TMII. Tapi masuk saja disuruh bayar,” terang Amazon Dalimunthe, saat Jumpa Pers, di Gedung Badan Pengelola dan Pengembangan (BPP) TMII, Jakarta, Minggu (11/04/2021).
Amazon mengaku saya sudah lebih 25 tahun liputan di TMII. Keluar masuk liputan di TMII, menurutnya, adalah hal biasa. Masih ada sejumlah pejabat TMII yang dikenalnya.
“Saya 25 tahun lebih liputan di TMII. Sudah berapa kali ganti-ganti Kepala Bagian Humas. Dari sejak zaman Pak Sampurno SH, sebagai General Manager TMII, dan pak Jaya Purnawaijaya, sebagai Kabag Humasnya. Di pintu masuk biasanya asal sudah dijelaskan dirinya wartawan tidak pernah diminta bayar. Belakangan kerjasama media dan TMII tidak jelas,” papar Amazon./*** Eddie Karsito
Jakarta, 14 April 2021