Mardigu WP : “Bangsa Kita Malas!”
Tatanan pendidikan karakter bangsa dinilai belum ideal. Bahkan model pendidikan karakter di Indonesia belum mampu menjawab berbagai tantangan zaman.
Pandangan ini mengemuka dalam bincang santai bertajuk, “Solusi Pengelolaan Negara Berdasarkan Analisa SWOT NKRI : sebuah pemikiran out of the box mengubah belief system bangsa Indonesia menuju macan Asia.”
Bincang santai dengan sejumlah wartawan ini menghadirkan narasumber tunggal, Mardigu Wowiek Prasantyo. Berlangsung di Ruang Juragan 1, Eat and Eat, FX sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (13/08/2019).
Mardigu adalah cendekiawan, pengamat pertahanan dan keamanan, terorisme, pengamat dunia usaha, yang juga seorang pengusaha. Banyak gagasan hebat lahir dari pemikirannya.
Salah satu persoalan besar bangsa ini, menurutnya, adalah rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat juga persoalan mentalitas. “Jadi yang utama lebih dulu diperbaiki adalah sistemnya,” ujar Mardigu.
Dalam perspektif kebangsaan, kuncinya kata Mardigu, adalah keteladanan. “Bangsa kita itu malas. Attitude (sikap) harusnya dirubah, mengubah belief system. Jika tidak, jangan harap masalah berubah,” ungkapnya.
Soal mental, Mardigu mengambil contoh kecil. “Kita lihat di kota (Jakarta Kota), engko-engko makan, buka baju, meludah sembarangan. Tapi kalau mereka ke Singapore mereka tertib kok. Sebaliknya orang Singapore datang ke Indonesia (Jakarta Kota), mereka juga ikutan meludah di mana-mana. Jadi sistem yang harus dibangun,” ujarnya.
Mardigu juga menyoroti berbagai persoalan mental yang dihadapi bangsa ini dan perlu segera dicari solusinya antara lain, di bidang politik dan kepemimpinan nasional, korupsi, kebohongan-kebohongan publik. Kerakusan di berbagai aspek kehidupan pun kian merajalela. Melalui terobosan pemikiran out of the box diharapkan berbagai persoalan bangsa bisa teratasi.
“Kuncinya sikap; mental, memiliki disiplin tinggi. Mengedepankan pola tak biasa. Prinsip belief sytem dan rasa percaya diri kita sebagai bangsa Indonesia terus bangkit,” ujarnya.
Berbagai pandangan yang disampaikan Mardigu menggambarkan masih besarnya pekerjaan rumah yang dihadapi bangsa ini, terutama terkait dengan perbaikan kualitas SDM. Persoalan yang menjadi perhatiannya adalah produktivitas dan daya saing bangsa ini segera meningkat menghadapi pasar global.
Mardigu, menyatakan tidak hanya gelisah. Tapi sekaligus menawarkan solusi out of the box. Ia yakin jika pengelolaan Negara baik, maka untuk mewujudkan sila kelima Pancasila; ‘Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia’ bukan hal mustahil. “Caranya dengan memanfaatkan semua potensi sumber daya alam (SDA), serta posisi geografis Indonesia menuju Indonesia berdaulat, baik pangan, energi maupun pertahanan,” ungkapnya.
Melalui bicang santai ini, Mardigu ingin mengajak seluruh elemen untuk membangun kesadaran akan masa depan Bangsa dan Negara Indonesia. Ia memaparkan berbagai konsep dan pemikirannya lewat bincang santai dengan wartawan ini.
Mardigu juga mengedukasi masyarakat dengan berbagai konten video yang dibuatnya dan disiarkan melalui akun YouTube-nya yakni; Bossman Mardigu. Saat ini ia sudah memiliki 70 video dengan jumlah subscribers mencapai 27.000 orang.
Mardigu juga penulis buku produktif. Beberapa karyanya antara lain: ’Sadar Kaya’, ‘Tajir Melintir’, dan buku ’Jangan Pernah Berkata Saya Tidak Pernah Memperingatkan Anda’. Dengan berbagai karyanya tersebut, Mardigu berharap publik bisa mengkritisi berbagai kebijakan Pemerintah yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat./*** Eddie Karsito
Jakarta, 15 Agustus 2019