Pluralitas dan heterogenitas masyarakat Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Multikulturalisme merupakan anugerah Tuhan; sunnatullah. Namun ’Bhineka Tunggal Ika’ merupakan titipan nenek moyang bangsa Indonesia yang harus dijaga.
“Inilah akar budaya kita. Kekuatan kita ada di sini. Tolorensi lahir dari keanekaragaman. Kekuatan yang membuat kita bersatu sejak zaman leluhur kita hingga kini,” kata Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Manek, S.Sos, M.Si kepada bintangplus.com.
Viktor Manek ditemui saat hadir dalam Rapat Koordinasi Forum Komunikasi Anjungan Daerah — Taman Mini Indonesia Indah (FOKAD-TMII), di Anjungan Jawa Timur TMII, Jakarta, Rabu (10/07/2019).
Pluralitas dan nilai-nilai kultural tersebut, lanjut Viktor, juga menjadi keunikan budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur. “Sejak dulu kami hidup bersama dalam damai di sana (NTT). Tidak ada sekat perbedaan. Orang Khatolik bisa menjaga jalan ketika teman-teman Islam sholat Idul Fitri di lapangan. Ketika Natal Remaja Masjid boleh bawa irama Kasidah di pelataran Gereja. Kami hidup berdampingan dengan damai. Saat ritual adat orang boleh duduk se-meja satu hidangan tanpa saling curiga,” ujarnya.
Setidaknya inilah modal sosial yang dijadikan Viktor menata Anjungan Nusa Tenggara Timur (NTT) Taman Mini Indonesia Indah di bawah kendalinya. Sebuah harmoni, cinta damai, pengajaran dan contoh teladan dari para leluhur bangsa Indonesia. “Keunikan nilai-nilai itu; local wisdom mau kami bawa ke sini,” ujar mantan Kepala Biro Pemerintahan Setda Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Viktor juga berupaya agar Anjungan NTT tidak saja menjadi pusat informasi, promosi pariwisata dan budaya, tapi juga tempat pertemuan orang-orang NTT. Di Jakarta, menurutnya, sulit mencari tempat bertemu. “Maka anjungan kami jadikan sebagai wahana bertemunya diaspora. Selama ini orang hanya datang ke anjungan ketika ada acara besar. Ke depan diharapkan orang akan datang setiap waktu,” ujar Viktor, yang baru tiga bulan menjabat sebagai Ketua Forkapsi (Forum Komunikasi Kantor Perwakilan/Penghubung seluruh Indonesia) ini.
Forkapsi beranggotakan seluruh Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi se-Indonesia, kecuali DKI Jakarta. Bagian tak terpisahkan; conjuring yang mengkomandoi Forum Komunikasi Anjungan Daerah (Fokad) TMII.
“Ada bendera besar yang diusung semua anjungan di TMII. Di sini sesungguhnya potret mini Indonesia. Konsep ’Bhineka Tunggal Ika’ itu kita pikul sama-sama. Oleh karena itu, Badan Penghubung Daerah punya tanggung jawab bagaimana anjungan ini lebih diberdayakan dalam banyak hal. Termasuk promosi potensi daerah. ” terang Viktor.
Pada rapat koordinasi tersebut, hadir Ketua Forum Komunikasi Anjungan Daerah — Taman Mini Indonesia Indah (FOKAD-TMII), Samad Widodo, SS, MM. Hadir juga staf dan unsur pimpinan yang mewakili pengelola Anjungan Daerah TMII, dan pengurus FOKAD, serta sejumlah tim Redaksi F-News.
Dalam sambutannya, Samad Widodo mengharapkan dukungan para pihak, khususnya stakeholder, agar berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan FOKAD dapat berjalan optimal.
FOKAD, kata Samad, terus membangun sinergitas dengan semua elemen, baik itu dengan Manajemen Pengola TMII, maupun dengan pihak anjungan sebagai representasi daerah masing-masing.
“Upaya ini kita harapkan dapat mengoptimalisasi peran anjungan sebagai wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya Indonesia,” ujar Samad Widodo, yang juga Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur./*** Eddie Karsito