Keluarga Cendana Serahkan Arsip Penting HM. Soeharto ke Negara

Laporan Ramadhan Panjaitan

Realitas kekinian memiliki tantangan lebih besar dan kompleks. Oleh karena itu, penting memberi landasan kuat kepada generasi muda agar tidak terombang-ambing dalam berbagai pemahaman tertentu yang dapat menghambat pem¬bangunan bangsa.

“Pentingnya memberi landasan kuat kepada generasi muda. Kesadaran terhadap dinamika kesejarahan. Salah satu kelemahan generasi muda adalah kurang hafal sejarah,” ujar Siti Hardijanti Rukmana, kepada sejumlah wartawan, di acara serah terima ‘Arsip dan Dokumentasi Jenderal Besar HM. Soeharto’ , di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Cilandak Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (18/07/2019).

Sebuah negara bisa besar dan maju, kata Siti Hardijanti, karena menghargai jasa pahlawannya. “Bangsa-bangsa yang pandai mengelola jejak langkah peninggalan peradabannya cenderung menjadi bangsa besar, serta unggul dibanding bangsa lain,” tutur Menteri Sosial Republik Indonesia Kabinet Pembangunan VII, yang akrab disapa mbak Tutut ini.

Tak ingin generasi muda alfa sejarah bangsanya, Tutut mewakili keluarga Jenderal Besar Soeharto menyerahkan serangkai dokumen kepada Negara. Dokumen tersebut terkait dengan aktivitas dan pencapaian HM. Soeharto selama menjabat sebagai pemimpin eksekutif tertinggi di Indonesia.

“Setiap bangsa harus menyadari jati dirinya. Mengenal dan tahu sejarah bangsanya. Dengan sadar sejarah sebuah bangsa dapat menentukan dengan pasti dan yakin, ke mana bangsa tersebut menentukan titik tujuan perjuangan ke depan,” lanjutnya.

Melalui Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), pada kesempatan tersebut sejumlah dokumen diserahkan kepada Negara. Dokumen tersebut meliputi; mesin microfilm Indus 4601-11, buku Kumpulan Pidato Ibu Toen Soeharto seri 5-27, mencakup tahun 1968-1998, serta Mikrofilm Pidato Presiden Soeharto tahun 1966-1998.

Dokumen lainnya berupa; buku ‘Pidato Presiden Soeharto’ (1966-1998), mikrofilm dan buku ‘Pidato Ibu Tien Soeharto.’ Termasuk penyerahan mikrofilm ‘Risalah Sidang Kabinet dan Deklarasi Integrasi Balibo’, yakni mendeskriptifkan tekad rakyat Timor Timur untuk bersatu dengan Indonesia. Dokumen yang diserahkan juga menyangkut sejumlah DVD dan album foto-foto jejak rekam Pak Harto.

Peradaban yang Lebih Manusiawi
Pada kesempatan tersebut, Tutut juga menyampaikan, sadar sejarah membuat sebuah bangsa tahu adab. Mampu meletakkan seseorang pada ‘maqam’ atau tempatnya yang tepat.

“Tidak ada bangsa dan negara yang lepas dari sejarahnya. Namun kemanusiaan harus menjadi prasyarat bagi kita untuk menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Menempatkan para pemimpinnya ke dalam historisitas kemanusiaan tertinggi sebagai khalifah. Selanjutnya dapat menerima kekurangannya sebagai hal manusiawi,” papar Tutut.

Membangun sumber daya manusia (SDM) dengan kebudayaan luhur, kata Tutut, harus menjadi landasan penting bagi kemajuan Indonesia. Kebudayaan harus terimplementasi dengan menerapkan kerangka nilai kebangsaan dan adab. “Kalau kesopanan kita jaga, batin suci, hati bersih, niat bagus, tidak hendak berkicuh dengan sesama, maka insya Allah akan baik buahnya bagi segenap masyarakat,” kata Tutut.

Tutut berharap, di masa datang kebudayaan dapat dimaknai dengan watak yang progresif berupa resistensi kreatif yang menggerakkan perubahan. “Kebudayaan harus menjadi acuan berpikir, sebagai politik kebudayaan. Dimulai dari keteladan pemimpin. Menjadikan habit; batin suci, hati bersih, dan niat bagus, yang jika terakumulasi menjadi restorasi nilai kebangsaan. Dengan begitu insya Allah kemajuan dan kejayaan Indonesia benar-benar tercapai,” kata Tutut.

Tutut mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, agar dapat mengambil uswah; unsur positif dari sejarah masa lalu. Merajut kembali identitas kebangsaan yang luhur dengan basis kebangsaan multikultur.

“Sejarah tidaklah bebas dari ruang dan waktu. Namun harus dipahami pentingnya membaca sejarah. Sejumlah dokumen papak (Jenderal Besar Soeharto), yang telah kami serahkan ke Negara setidaknya dapat menjadi bagian penting dari sejarah. Mudah-mudahan dokumen itu bisa menjadi salah satu acuan masyarakat dalam menghadapi realitas sosial budaya yang kompleks seperti saat ini,” ujarnya./***

Jakarta, 18 Juli 2019

DAFTAR DOKUMEN/ARSIP :

1) Mesin microfilm Indus 4601-11
2) Buku Kumpulan Pidato Ibu Toen Soeharto seri 5-27, mencakup tahun 1968-1998
3) Mikrofilm Pidato Presiden Soeharto tahun 1966-1998
4) Buku Judul Pidato Presiden Soeharto 1966-1998
5) Mikrofilm Pidato Ibu Tien Soeharto
6) Buku Judul Pidato Ibu Tien Soeharto dalam microfilm
7) Mikrofilm Risalah Sidang Kabinet dan Deklarasi Integrasi Balibo, yakni tekad rakyat Timor Timur untuk Bersatu dengan Indonesia.
8) DVD dan album foto Pak Harto

Leave a Reply