Chaim Fetter “Peduli Anak Jalanan Indonesia”

Lombok, Bintangplus.com – Sampai hari ini, masih banyak anak-anak yang kurang beruntung yang tak memperoleh pendidikan layak karena berbagai sebab, terutama kemiskinan. Banyak dari mereka kemudian keluar rumah dan menjadi anak jalanan. Karena tak punya kesempatan bersekolah, masa depan mereka tentu saja suram.

Kondisi terserbut juga terjadi di salah satu wilayah di Pulau Lombok. Seorang turis yang kebetulan berkunjung ke wilayah ini tergerak hatinya untuk mengubah nasib anak-anak jalanan tersebut agar menjadi lebih baik. Namanya Chaim Fetter. Setelah pulang ke Belanda, ia menjual perusahaannya lalu kembali ke Lombok.

Untuk mewujudkan keinginannya itu, ia membeli lahan seluas 1,5 hektare dan mendidirikan Peduli Anak Foundation pada tahun 2015. Ia lalu membangun 4 rumah untuk anak-anak, 6 ruang kelas, 1 dapur umum, 1 Musholla, fasilitas kesehatan, ruang pertunjukan, dan lapangan bermain.

Saat ini Peduli Anak yang berada di Jalan Dharma Bakti Desa Langko, Lingsar Lombok Barat ini dihuni oleh sekitar 80 anak. Mereka mendapat pendidikan, tempat tinggal dan makan secara gratis.

Selain itu, ia berkolaborasi dengan pemerintah juga menciptakan program Family Care yang terdiri dari 300-an keluarga untuk meningkatkan tarf hidup mereka.

Darimana ia mendapatkan dana untuk biaya operasionalnya? Kepada Trubus.id ia mengatakan, selain dari donatur, ia juga menyisihkan laba bisnisnya yang sekarang ia jalankan di Jakarta. Ia berharap dirinya mampu memberi kesempatan kepada setiap anak di dunia untuk hidup bahagia dan sehat, bebas dari kemiskinan, eksploitasi dan kekerasan.

 

Namun gempa lombok beberapa waktu lalu memporak-porandakan bangunan sekolah, rumah dan fasilitas yang ada di peduli anak foundation. Berikut percakapan Trubus.id pada Jumat (24/8) dengan Chaim Fetter yang sekarang telah mengganti namanya dengan Abdul Hayat.

Bagaimana kondisi saat ini di asrama yayasan peduli anak?

Kondisi kami baik-baik saja di yayasan. Anak-anak dan staf dalam keadaan sehat dan tidak ada yang terluka karena gempa. Kami berusaha menjalankan kegiatan seperti biasa meskipun dalam keterbatasan. Kami masih tidur di tenda, sekolah juga pindah ke tenda, karena bangunan sudah rusak atau tidak lagi aman untuk dimasuki. Selain itu, gempa juga masih kami rasakan setiap hari sepanjang bulan Agustus.

Seberapa parah kerusakan bangunan?

Asrama kami rusak berat dan ambruk. Kami punya 4 rumah asrama, dua diantaranya baru selesai dibangun tahun ini. Akibat gempa 2 rumah yang lama sudah ambruk dan 2 rumah yang baru mengalami kerusakan yang signifikan sehingga tidak aman untuk ditempati lagi.  Bangunan sekolah masih berdiri dan hanya mengalami kerusakan ringan.

Apakah anak-anak trauma, bagaimana penanganannya?

Iya, anak-anak bahkan staff juga banyak yang trauma. Untuk mengatasinya, kami berusaha tetap menjalankan rutinitas sehari-hari dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menghibur seperti games, menari dan bernyanyi.

 

Berapa biaya yang diperlukan untuk merehabilitasi bangunan?

Kami perkirakan dibutuhkan sekitar 4 milliar rupiah untuk membangun rumah-rumah anak.

Sudah banyak donatur yang menyumbang?  

Alhamdulillah, sudah banyak donatur yang menyumbang dari Indonesia dan seluruh dunia, mulai dari individu, organisasi dan perusahaan.

Berapa banyak sekarang anak2 di bawah asuhan peduli anak?

Yang di bawah asuhan kami ada kurang lebih 300 orang. Tapi yang tinggal di asrama kami sekitar 80 anak.

Sudah membuka sekolah, asrama baru di tempat lain?

Belum ada. Kami masih mengumpulkan dana untuk membangun asrama dan sekolah kami kembali.

**

Untuk mempercepat pembangunan dan perbaikan kembali, Chaim melakukan penggalangan dana kemanusiaan di salah satu website yang bergerak di bidang crowd funding. [KW]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : trubus.id

Leave a Reply