Pelestarian dan Pengembangan Budaya

PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

Pelestarian dan Pengembangan Budaya

Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya melalui pusat kegiatan masyarakat dan dengan aktif melibatkan pihak pegiat seni maupun sanggar.

“Lebih baik kita memberikan uang hibah untuk sanggar-sanggar yang bermutu. Kita tidak mau lagi festival miliaran, padahal tetap menarik uang. Sanggarnya juga tidak kebagian apa-apa. Kalau [sebuah sanggar] juara nasional atau internasional, juara satu kita berikan 1 miliar atau 2 miliar. Ini akan membuat sanggar kita berlomba-lomba, jadi hidup.”

Basuki Tjahaja Purnama.

Pemerintahan Ahok-Djarot sangat mendukung pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Selain mewajibkan PNS DKI menggunakan pakaian khas Betawi setiap hari Kamis, pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan pun dilakukan. Ke depannya, Ahok-Djarot berupaya melestarikan budaya Betawi melalui pengembangan sanggar dan komunitas lokal. Selain itu, pembangunan pusat kebudayaan dan cagar budaya akan terus didorong sebagai tempat berkumpulnya pegiat dan penikmat seni.

AHOK-DJAROT TELAH:

  • Menerapkan peraturan pemakaian seragam pakaian adat Betawi bagi seluruh jajaran Pegawai Negeri Sipil. Setiap hari Kamis, seluruh pegawai Pemprov DKI mengenakan seragam pakaian khas Betawi, seperti sadariyah, ujung serong, kebaya encim, atau batik Betawi. Peraturan ini diterapkan dalam rangka melestarikan kebudayaan Betawi di tempat aslinya yaitu Jakarta. Selain itu, kebijakan ini diharapkan dapat mempromosikan UMKM pakaian khas Betawi.

  • Mendorong penyelenggaraan festival budaya yang dibiayai swadaya, tanpa APBD. Festival Palang Pintu yang merupakan salah satu rangkaian acara perayaan Ulang Tahun ke-489 DKI Jakarta, menjadi festival pertama di mana Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tidak menggunakan APBD sepeser pun. Sebagai catatan, pada 2014 saja, DKI Jakarta mengalokasikan dana Rp 1,2 triliun untuk penyelenggaraan festival selama setahun. Ahok-Djarot menganggap angka tersebut terlalu besar dan bisa dialokasikan untuk hal lain, seperti membiayai sanggar-sanggar yang bermutu di Jakarta.

  • Meresmikan program Wisata Balai Kota untuk masyarakat umum yang mencakup kuliner, film, perpustakaan, arsitektur, dan Jakarta Smart City. Melalui Wisata Balai Kota, Ahok-Djarot menyediakan tempat gratis bagi pengusaha yang bergelut di bidang kuliner, kerajinan maupun fashion yang ingin memasarkan produknya. Selain sebagai alternatif wisata, Ahok-Djarot berharap program Wisata Balai Kota dapat membangkitkan partisipasi warga dalam membangun kota Jakarta.

AHOK-DJAROT AKAN:

  • Menjadikan kantor Walikota, Lurah, dan Camat sebagai tempat hiburan masyarakat dengan pengelolaan profesional. Kantor pemerintahan yang terdekat dengan rakyat dapat menjadi sumber pengetahuan budaya. Ahok-Djarot yakin, dengan adanya dagangan kaki lima yang teratur rapi dan pertunjukan seni rutin di akhir pekan, masyarakat bukan saja dapat menikmati budaya Betawi, tapi juga bisa menggunakan wadah yang ada untuk mengembangkan kreativitas seni mereka.

  • Mendorong pembangunan pusat kebudayaan terpadu. Ahok-Djarot akan menyediakan rumah cagar budaya sebagai pusat kebudayaan bagi komunitas lokal. Itu juga bisa menjadi tempat berkumpulnya pegiat, penikmat, pun pemerhati seni yang memiliki kepedulian pada kebudayaan Betawi.

  • Mengadakan kompetisi seni di RPTRA. RPTRA juga direncanakan untuk menjadi pusat kegiatan budaya bagi warga sekitar. Ahok-Djarot merencanakan agar kompetisi seni dapat mengambil tema yang sesuai dengan program Pemerintah. Selain itu, harapannya, ada juga pendidik seni yang dapat berbagi ilmu di RPTRA.

  • Menjadikan kawasan wisata Kampung Betawi di Setu Babakan sebagai destinasi wisata unggulan. Sebagai poros kebudayaan Betawi, Setu Babakan memiliki potensi yang besar untuk menjadi pusat pendidikan dan pariwisata, baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Ahok-Djarot akan terus menata kawasan Setu Babakan, sehingga warga dapat mengikuti kegiatan latihan menari atau berbagai kegiatan budaya Betawi lainnya.

  • Mendorong kerjasama komunitas seni lokal dengan promotor festival bertaraf internasional untuk menghasilkan kolaborasi pertunjukan seni tingkat dunia. Sebagai salah satu kota terbesar di Asia Tenggara, Jakarta harus bisa memberikan hiburan seni tingkat dunia. Ahok-Djarot akan mempersilakan asosiasi internasional untuk mengadakan event di Jakarta melalui kolaborasi dengan komunitas seni lokal.

  • Mendorong pelaksanaan pasar malam di beberapa ruas jalan Jakarta yang bebas kendaraan. Dengan misi untuk membuat seni dan budaya semakin dekat dengan rakyat, Ahok-Djarot akan menghidupkan kembali pasar malam yang rencananya akan dimulai di kawasan Kemang dan Sabang. Pedagang kaki lima akan ditata dengan rapi dan terjangkau sehingga menjadi daya tarik turis lokal dan mancanegara.

  • Meningkatkan kualitas acara pagelaran seni rutin di Gedung Kesenian Jakarta. Ahok-Djarot merencanakan adanya kegiatan rutin di GKJ yang dapat menarik wisatawan, dan menjadi daya tarik kota Jakarta – seperti layaknya pertunjukkan Broadway untuk kota New York. Untuk meraih tujuan itu, pagelaran seni yang dipertunjukkan dipastikan memiliki kualitas yang baik dan dikelola secara profesional.

Leave a Reply